Pertikaian SBY vs Moeldoko Membuat Indonesia Dalam Bahaya

Jakarta – Setelah membaca PERS STATEMENT yang dikeluarkan SBY terkait KLB Partai Demokrat, saya meyakini SBY benar – benar marah besar. Tadinya saya pikir manuver – manuver AHY, Moeldoko dan Jokowi hanyalah sandiwara saja, karena ke 3 orang tersebut adalah orang – orang yang satu kubu saat Jokowi diskenariokan menjadi RI1.
Sekarang semua pihak sudah sampai titik yang tidak mungkin diskenariokan.

Jadi situasi saat ini sangat berbahaya bagi NKRI. SBY yang menjadikan Amerika sebagai negara keduanya sangat akrab dengan para petinggi Partai Demokrat. Saya yakin sampai saat ini SBY masih dianggap sahabat para petinggi penguasa di negara Paman Sam tersebut. Artinya SBY akan menggunakan hubungan sentimentilnya itu guna melumpuhkan Moeldoko dan SEMUA PENDUKUNGNYA.

Jika Jokowi dan Megawati yang mendukung Moeldoko, maka Jokowi akan mensyahkan Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, jika itu terjadi maka SBY hanya punya 2 pilihan yaitu, MENELAN MALU DAN SAKIT HATINYA atau MELAWAN SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISAN. SBY akan didukung oleh SEMUA MUSUHnya Jokowi / Mega, mereka adalah Ijtima Ulama, kelompok Habib Rizieq, Kelompok KAMI, MUI dan NU garis keras, Muhammadiyah, kelompok HTI, kelompok Rizal Ramli, kelompok MUI anti SKB 3 Menteri, PKS, Kelompok – kelompok didalam berbagai Parpol yang yakin SBY akan menang, Purn TNI POLRI dan lain – lain.

Sementara Moeldoko akan didukung pengikut – pengikut Jokowi / Mega/ KMA dan mayoritas non Muslim. Perang Bharatayudha tidak akan terelakkan, KECUALI Jokowi memecat Moeldoko dan TIDAK MENGAKUI Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang.

Sebagai pengamat yang mendapat berbagai info A1 dari mereka yang pro dan anti Jokowi, saya yakini, NKRI dalam bahaya jika Jokowi mengakui Partai Demokrat versi Moeldoko.
Secara etika berbangsa dan bernegara jelas siapa yang tidak benar, tapi saya paham di negara yang elitnya tidak punya malu ini, apa yang jadi adab internasional dan universal TIDAK BERLAKU DI NKRI.

Narasumber : Imbang Djaja (Pengamat Ekonomi Islam)