JAKARTA, Jika tidak ada halangan, tahun 2024 akan menjadi pesta demokrasi bangsa Indonesia. Pemerintah dan parlemen sudah saling mengusulkan jadwal dan rencana pembahasan strategis mengenai tahapan . Mulai dari pemilihan legislatif (Pileg), pemilihan presiden (Pilpres), hingga pemilihan kepala daerah (Pilkada). Teranyar, Februari 2022 tahapan Pemilu sudah dimulai.
Pesta demokrasi 5 tahunan, akan menjadi ajang pemilihan yang selalu ditunggu. Utamanya Pilpres, kenapa? Karena selain masa jabatan Presiden Jokowi akan berakhir. Publik penasaran siapa kandidat yang akan masuk dalam kontestasi .
Tidak hanya itu, intrik dan strategi politik akan menjadi perbincangan publik yang akan menghiasi layar kaca dan menjadi topik hangat di warung kopi. Yang namanya pesta demokrasi, sudah lumrah jika masing-masing pendukung akan getol membela dan mendukung sang kandidat hingga terpilih.
Perbincangan mengenai Pilpres 2024, sudah mulai terdengar di beberapa media bahkan kandidat sudah mulai melakukan konsolidasi untuk menggaet simpati publik. Hal ini wajar karena demografi bangsa yang sangat luas dan kekuatan penetrasi strategi harus diuji mengingat saat ini masa pandemi yang kemungkinan akan menjadi tantangan pendekatan calon terhadap pemilih mereka. Singkatnya kandidat sudah harus gerak untuk meramu langkah mereka.
Menarik pula untuk dibahas soal komposisi mendatang. Publik mulai menerka kira-kira siapa yang akan maju di tahun 2024. Jika melihat hasil survei, ada 3 nama yang selalu masuk dalam top survei. Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan; Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto; dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Kemungkinan besar mereka memiliki peluang untuk maju karena popularity scale-nya luas.
Jika ditarik ke belakang, menebak komposisi capres 2024, akan dipengaruhi oleh 5 faktor. Pertama, faktor partai politik. Partai politik merupakan acuan yang paling kuat mengingat syarat untuk maju harus disokong oleh partai.
Saat ini PDIP yang memiliki peluang untuk menentukan capres-nya sendiri dan ingin berkoalisi dengan siapa mengingat PDIP sebagai pemenang Pemilu. Selain itu, karena partai politik memiliki kekuatan untuk mendorong capres maka kemungkinan besar ketua partai memiliki peluang besar untuk maju.
Kedua, faktor Jawa dan luar Jawa. Karena demografi bangsa yang sangat luas dan menjangkaunya butuh waktu yang cukup panjang. Pilihan paket simulasi Jawa dan luar Jawa perlu diperhatikan. Waktu dan jarak serta efisiensi menjadi pertimbangan. Jika dipadukan paket ini maka kemungkinan paket ini disebut komposisi nusantara.
Publik tentu sudah mulai mendengar nama-nama kandidat di Jawa, sebut saja Anis Baswedan, Puan Maharani, Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, AHY, dan Ganjar Pranowo. Sedangkan, luar Jawa santer terdengar nama Sandiaga Uno, Tito Karnavian, Amran Sulaiman, Zulkifli Hasan, dan Erick Tohir.
Ketiga, faktor sipil – militer. Komposisi keduanya, sudah sering dilakukan dalam 10 tahun terakhir, mungkin alasan ini dipakai sebagai bagian dari simbol akulturasi peran. Karena tidak mengherankan jika strategi ini dipandang penting untuk dipakai dalam rangka memikat pemilih. Ini pula yang menjadi potret perpaduan yang kemungkinan akan menghiasi komposisi paket capres 2024.
Keempat, figur. Sistem politik patron-client yang masih kuat dalam rangka memberikan pengaruh di tengah masyarakat menuntut figur yang kuat dalam menampilkan citra kepada publik. Figur jujur, sederhana dan bersih dalam setiap survei menjadi kekuatan yang selalu diperhatikan oleh masyarakat dalam beberapa polling survei.
Tokoh dan pemuka agama juga memiliki kharisma tersendiri, figur yang memiliki pribadi ini menjadi perhatian tersendiri mengingat demografi bangsa yang sangat patuh terhadap kharisma figur yang memiliki agama yang sangat kuat.
Kelima, pemodal. Biaya politik yang sangat tinggi membuat komposisi political budgeting menjadi ukuran tersendiri dalam komposisi capres 2024. Kandidat harus menghitung besaran amunisi yang harus dipersiapkan. Sebut saja brand awareness butuh biaya, pembentukan tim butuh biaya hingga safari politik butuh biaya. Fenomena ini klasik, namun ini akan menjadi faktor dalam melihat komposisi capres 2024.
2024 di depan mata. Publik sudah menanti dan mulai menerka-nerka siapa yang akan masuk dalam gelanggang. Apapun itu harapan besar bangsa, 2024 diharapkan menjadi ajang untuk membangun bangsa dan melanjutkan perjuangan para pendiri bangsa.
Penulis : Mukhradis Hadi Kusuma
Direktur Eksekutif ARCHI Research & Consulting