Karawan – Di tengah hamparan sawah dan terpaan angin pesisir utara Karawang, kawasan Percandian Batujaya menyimpan kisah panjang peradaban masa lampau. Kini, kawasan itu kembali menjadi pusat perhatian — bukan hanya karena nilai sejarahnya, tetapi karena semangat baru untuk menjadikannya pusat penelitian, pembelajaran, dan pariwisata.
Rabu (15/10/2025), Museum Situs Cagar Budaya Batujaya menjadi saksi berkumpulnya lebih dari 100 orang dari berbagai latar belakang: akademisi, pemerintah, pelaku UMKM, Karang Taruna, hingga pemerhati budaya. Mereka hadir dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digagas oleh Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) melalui LPPM.
Bagi H. Samin Saripudin, SE, Kepala Desa Segaran, kegiatan ini membawa harapan baru. Ia mengungkapkan bahwa sejak Batujaya ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional pada 2019, masyarakat belum sepenuhnya merasakan manfaatnya.
“Yang ramai di sekitar sini justru penjual es. UMKM belum banyak berkembang karena pengunjung masih sedikit,” ujarnya jujur, disambut tawa kecil peserta FGD.

Namun di balik nada realistis itu, tersimpan keinginan kuat agar Batujaya menjadi hidup kembali. Dari candi-candi kuno, tumbuh asa baru bagi ekonomi masyarakat.
Sementara itu, Wawan Kurniawan, ST, seorang ahli pariwisata dan praktisi experiential learning, memaparkan pendekatan wisata berbasis pengalaman sebagai solusi menarik pengunjung.
“Bayangkan jika wisatawan bisa ikut membuat gerabah, menanam padi, atau belajar memasak nasi hasil panennya sendiri. Mereka bukan sekadar pengunjung, tapi peserta sejarah,” ujarnya penuh semangat.
Dari pihak Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Jawa Barat, Risa Nopianti, S.Sos., M.Ant, memberi kabar baik: kegiatan eskavasi berikutnya akan dibuka untuk umum. “Kami ingin masyarakat menjadi bagian dari proses pelestarian, bukan hanya penonton,” katanya.
Harapan juga datang dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang. Melalui perwakilannya, Ibu Neni, disampaikan dukungan penuh untuk membentuk Pokdarwis dan melatih SDM lokal agar siap mengelola pariwisata berbasis budaya.
Di akhir acara, Dr. Dayat Hidayat, M.Pd, Ketua LPPM UNSIKA, menegaskan peran perguruan tinggi sebagai mitra masyarakat. “Kami tidak hanya bicara konsep. UNSIKA siap turun langsung, membantu dari aspek riset, UMKM, hingga teknologi,” ujarnya.
Dari pertemuan sederhana ini, lahir semangat besar: menjadikan Batujaya bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga sumber kesejahteraan masa depan.
Karawang kini menatap Batujaya dengan pandangan baru — bukan sekadar candi di tengah sawah, melainkan pusat peradaban yang hidup kembali lewat kolaborasi dan pengetahuan. (al)
