Belitung Timur, Guna percepatan penurunan stunting, Pemerintah Kabupaten Belitung Timur (Beltim) melalui Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Beltim gelar Rembuk Stunting Tingkat Kabupaten Beltim Tahun 2022 di Ruang Pertemuan Gunung Lumut Bappelitbangda, Selasa (28/06/2022).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak. Anak stunting juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya.
Wakil Bupati Beltim Khairil Anwar mengatakan, Kepala Perangkat Daerah harus fokus dalam percepatan penurunan stunting di Beltim, terlebih kebijakan percepatan penurunan stunting turut ditetapkan melalui Peraturan BKKBN RI Nomor 12 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia Tahun 2021-2024.
“Kita harus lebih fokus, jangan ada itu ego sektor. Ini dalam rangka mengentaskan program pusat yang ada di daerah kita. Karena generasi ke depan ini penentu untuk membangun negara, jadi kita ndak bisa main-main,” tegas pria yang akrab disapa Khairil.
Menurutnya, persoalan stunting menjadi salah satu permasalahan serius yang perlu mendapatkan perhatian semua pihak, baik Pemerintah Pusat, stake holder dan seluruh lapisan masyarakat.
“Mari kita sama-sama bergandengan tangan untuk menuntaskankan ini, tidak bisa satu-satu. Besar harapan saya, melalui kegiatan rembuk stunting ini dapat menghasilkan komitmen publik secara terintegrasi dan terlaksananya kesepakatan mengenai rencana kegiatan intervensi penurunan stunting yang telah disepakati oleh lintas sektor terkait,” ucapnya.
Kepala DKPPKB Kabupaten Beltim Muhammad Yulhaidir menyampaikan, stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya dan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8% atau sekitar 7 juta balita menderita stunting.
“Masalah gizi lain terkait dengan stunting yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah anemia pada ibu hamil (48,9%), Berat Bayi Lahir Rendah atau BBLR (6,2%), balita kurus atau wasting (10,2%) dan anemia pada balita,” ungkapnya.
Ditambahkannya, di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, berdasarkan SSGI 2021 angka prevalensi balita stunting sebesar 18,6% dan Kabupaten Belitung Timur menempati peringkat kedua tertinggi yaitu sebesar 22,6%. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan aksi percepatan penurunan stunting salah satunya dengan kegiatan Rembuk Stunting.
“Ini untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi penurunan stunting dilakukan secara bersama-sama antara OPD penanggung jawab layanan dengan sektor/lembaga pemerintah dan masyarakat di lokasi prioritas dan menghasilkan komitmen serta rencana kegiatan intervensi penurunan stunting terintegrasi yang telah disepakati,” ucapnya*(Niza Karyadi )
Sumber :Diskominfo Beltim