JAKARTA. Kinerja Menteri BUMN Erick Thohir kembali disorot. Kali ini terkait dengan kebijakannya mengganti direksi BUMN.
Adalah Yulian Gunhar, anggota komisi VII DPR RI meminta Menteri BUMN Erick Thohir untuk memakai parameter penilaian atau evaluasi kinerja saat merombak pimpinan perusahaan pelat merah.
“Pergantian setiap jabatan, apalagi itu menyangkut perusahaan negara yang menangani aset-aset strategis seharusnya memiliki landasan parameter yang jelas dan terukur,”tegas Yulian di gedung parlemen, Senayan Jakarta, Senin 20 Desember 2021.
Penggunaan parameter yang jelas dalam perombakan suatu badan usaha, kata politisi PDIP itu, harus digunakan sebagai landasan. “Apalagi selevel BUMN yang menangani aset-aset strategis, sehingga perombakan bisa dipahami publik dan investor dengan baik, dan tidak dianggap bermotif subjektif,”tandasnya.
Yulian membeberkan bahwa Menteri BUMN Erick Thohir berencana melakukan perombakan jabatan direktur utama, direksi, hingga komisaris sejumlah perusahaan pelat merah, terutama klaster mineral dan energi.
Rencana perombakan itu direspon serius oleh para legislator di Senayan, karena perombakan Direksi BUMN yang akan dilakukan Menteri Erick Thohir belum terlihat parameter penilaian maupun evaluasi kinerja yang menjadi alasan perombakan.
“Tanpa parameter yang jelas dapat membuat perombakan yang dilakukan justru membingungkan. Karena beberapa BUMN yang berhasil meraih laba, ternyata pimpinannya malah mengalami perombakan,” ucap Yulian.
Diungkapkannya, beberapa BUMN yang sukses mendapat laba malah dirombak. Padahal, kata Yulian keberhasilan badan usaha adalah meraih laba.
Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan dari daerah pemilihan Sumatera Selatan II ini, mempertanyakan urgensi rencana perombakan beberapa BUMN, seperti PT Bukit Asam, PT Timah, dan PT Aneka Tambang melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada Desember 2021.
Sebab, ada beberapa perusahaan pelat merah itu juga cukup sukses meraih laba, seperti Bukit Asam yang sukses meraih keuntungan Rp7 triliun yang notabene sebagai keuntungan tertinggi dalam sejarah berdirinya.
Kemudian, Aneka Tambang yang berhasil menaikkan laba bersih Rp1,16 triliun pada semester I 2021. Begitu juga Timah telah mencatat pendapatan usaha Rp9,69 triliun hingga kuartal III 2021.
“BUMN itu badan usaha yang harus jelas parameternya. Berbeda halnya dengan perombakan di tubuh lembaga politik, seperti partai politik yang tentunya kental dengan nuansa subjektivitas karena menyangkut kesamaan ide (gagasan) serta loyalitas terhadap pimpinan,”pungkasnya. (yo)